Setelah 11 bulan kita menunggu
akhirnya bulan yang selalu kita dambahkan ini datang lagi, hal ini juga berarti
Allah Ta’alah. masih memberikan kita kesempatan untuk memperbaiki diri kita dari
noda-noda dosa setahun sebelumnya. Adalah sebuah nikmat yang luar biasa karena
kita dapat berjumpah lagi dengan bulan barokah ini.
Bulan yang mana pintu-pintu surga
dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan syeitan-syeitan dibelenggu ini,
hendaknya kita jadikan moment peningkatan loyalitas kita kepada pengguasa alam
jagad raya , sebagai rasa cinta dan pengharapan kita atas surga yang kita idam-idamkan.
Mungkin di antara kita masih banyak
yang belum tahu apa makna dan hakikat
puasa itu sendiri, dan apa pula yang harus dilakukan serta dijauhkan selama
bulan puasa ini, sebab itu sebuah kewajiban bagi kita untuk terus menggali
dan mengkaji ilmu-ilmu agama khususnya
ilmu
tentang puasa. Sehingga tidak hanya lapar dan haus saja yang kita dapatkan, tetapi kita juga mendapatkan balasan surga atas semua itu.
tentang puasa. Sehingga tidak hanya lapar dan haus saja yang kita dapatkan, tetapi kita juga mendapatkan balasan surga atas semua itu.
Di bulan Romadhon ini semua
masyarakat islam sedunia diwajibkan untuk berpuasa, selagi sudah baligh dan
mampu atau tidak dalam keadaan sakit berat, menyusui atau hamil tidak ada kata
rukhsoh dalam ibadah ini. semuanya harus dan wajib. Ini bukan berarti paksaan,
sebab manfaat dari puasa itu sendiri kita yang menikmati, bukan Rasull bahkan
manusia lainya.
Kita dididik dalam bulan Romadhon ini
agar kita menjadi orang yang terdidik, bukan hanya orang yang tahu banyak tentang
agama dan seluk beluknya dari para ustad yang berceramah setelah tarawih dan
sholat shubuh, namun orang yang tahu walaupun sekelumit tapi dijalakan, itulah yang
Allah Ta’alah inginkan.
Saudara, ketika kita berpuasa ada
beberapa hal yang harus kita perhatikan agar puasa kita tidak menjadi sia-sia.
Mulai dari segala aspek dan rukun dari puasa tersebut harus kita jalani, dan
tidak bole ada yang terlewatkan.
Hal pertama yang harus diperhatikan
adalah masalah niat, hal ini merujuk pada hadist Ummul Mukminin Aisyah RA.
Bahwasanya Nabi SAW. Sholallu ‘alaihi wasallam bersabda “ barang siap yang
tidak meniatkan untuk puasa sebelum fajar datang, maka tidak ada puasa baginya”
hadist ini menunjukan bahwa niat adalah hal pertama yang harus kita benahi,
kita berniat untuk puasa bukan karena paksaan bahkan karena ingin dipuji, namun
kita luruskan niat kita mengharap pahala, sebab barang siapa yang berpuasa
dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka Allah Ta’alah akan ampuni
dosa-dosanya yang telah lalu.
Niat menjadi esensi dari segala
ibada, hal ini bisa kita lihat dari hadist Umar Ibn Khottob RA. “sesungguhnya
segala amal perbuatan itu tergantung pada niatnya…”. Maka itulah jangan
sampai kita lupa untuk berniat, sebab niat adalah tiang amal ibadah. Jika niat
tidak ada maka puasa juga tak berarti apa apa.
Setelah niat kita benahi, sekarang
waktu dalam puasa itu sendiri serta larangan-laranan yang ada di dalamnya yang
harus kita ketahui. Kita telah diberikan batasan-batasan antara kapan mulai
puasa dan kapan kita mulai berbuka. Nah, waktu antara mulai kita berpuasa sampai
kita berbuka itulah yang harus kita
jaga, jangan sampai ada hal yang membatalkan puasa kita. Mulai dari benag
berwarna putih di waktu shubuh, sampai
benang berwarna hitam di waktu magrib adalah waktu krusil yang menuntukan
diterima atau tidaknya puasa kita setelah masalah niat.
Di antara selang waktu itu, yang perlu kita jaga pertama adalah Nafsu
Perut, disinilah kita diuji, yang pada hari-hari lainya kita seenaknya
ingin makan dan minum, pada bulan ini kita dibatasi hanya pada malam hari saja.
Ini adalah sebuah ujian bagi kita, yang pada dasarnya mempunyai tujuan untuk
menguji seberapa loyal kita terhadap perintah agama. Memang sulit dan berat,
ditambah lagi jika kita mempunyai aktifitas yang lumayan berat dan menguras
tenaga. Namun disinalah hikma dari menahan lapar dan minum tersebut.
Selanjutnya yang harus kita jaga
adalah Nafsu Sahwat, ini juga berat bagi yang sudah mempunyai pendamping
hidup. Sebab pada hari selain Romadhon, suami istri bisa berkumpul dan
berhubungan kapan saja, namun pada bulan ini lagi-lagi hanya pada malam hari
saja. Sebagaimana firman Allah Ta’alah dalam Surat Al-Baqoroh ayat 187 “dihalalkan
bagi kamu untuk meniduri istrimu pada malam puasa….”.
Selain itu ada ancaman yang berat
jika kita membiarkan nafsu sahwat berupa hubungan suami istri pada waktu puasa
di sing hari. Pada zaman Nabi SAW. SAW. , ketika Nabi SAW. sedang duduk bersama
para sahabatnya, tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui lalu berkata kepada Nabi
SAW. ; Hai rasullallah, celakalah aku. Beliau berkata : apa yang menimpahmu ?
ia berkat : aku mengumpuli istriku di bulan Romadhon sedangkan aku sedang
berpuasa. Maka Nabi SAW. bersabda :
apakah engkau dapat menemukan budak yang dapat engkau merdekakan ?. ia menjawan
: Tidak. Nabi SAW. Bersabda : dapatkah engkau berpuasa dua bulan berturut-turut
?. ia menjawab : Tidak. Nabi SAW. bersabda dapatkah engkau memberi makan enam
puluh orang miskin ?....
Dalam penggalan hadist yang
diriwayatkan Abu Huroiroh di muka, kita
mengambil sebuah kesimpulan bahwa menggauli istri saat puasa itu adalah sebuah
pelanggaran besar yang harus di tebus dengan memerdekakan budak, jika tidak
mampu berpuasa dua bulan berturt-turut, jika tidak mampu maka memberi makan
enam puluh orang miskin. Sebab itulah mari kita jaga nafsu sahwat kita jangan
sampai kita teledor dalam hal ini, yang nantinya kerugian dan penyesalan akan
kita rasakan sendiri.
Setelah nafsu perut dan nafsu sahwat,
kita juga dituntut untuk menjaga Nafsu Maksiat kita. Baik maksiat kepada Allah Ta’alah dan juga
maksiat kepada sesama manusia. Sebab Nabi SAW. bersabda dari Abu Huroiroh “
barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan bohong dan suka mengerjakanya,
maka Allah Ta’alah tidak memandang perlu atas rasa lapar dan haus yang dia
tahan” (HR Al-Khomsah) ataupun sabda Nabi SAW. yang juga diriwayatkan oleh
Abu huroiroh “jika seorang di antara kamu berpuasa, maka janganlah berkata
kotor pada hari itu, dan janganlah berbuat gaduh, jika dimarahi seseorang atau
dimusihinya, hendaklah ia berkata saya sedang berpuasa” (HR
shohihaini)
Jelas sudah bahwa menahan nafsu dari
perbuatan maksiat berupa bohong, mencelah, berbuat gaduh dan semisalnya, adalah
dilarang dan dapat mengurangi nilai ibadah kita. Sebab itu mari kita jaga diri
kita, untuk tidak berbuat maksiat kepada siapapun selagi kita puasa, dan lebih
bagusnya lagi kita pertahankan sampai kapanpun kita masih bernafas. Sebab jika
kita bisa mempertahankanya (menjga nafsu lawwamah) setelah bulan puasa kita
selesai, itu pertanda puasa kita diterima dan kita termasuk golongan
orang-orang yang bertaqwa.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Selanjutnya inti dari pembahasan ini adalah, kita harus menjaga
puasa kita dari hal-hal yang dapat menggugurkan bahkan menghilangkan pahala
puasa kita, yang pada akhirnya hanya lapar dan haus yang kita dapatkan. Dan yang
terpenting adalah kita bisa berniat dengan ikhlas untuk berpuasa, menahan tiga
macam nafsu, yakni nafsu perut, nafsu sahwat, dan nafsu maksiat.
Semoga ibadah Romadhon kita di tahun
ini benar-benar mentarbiyah kita menjadi muslim unggulan yang mampu konsisten
menjalankan syariat yang Allah Ta’alah turunkan kepada Nabi SAW. sehingga kita
dapat meraih surga firdaus yang tertinggi. Aamii yaa rabbal ‘alamiin….
Source :
Quran,
Hadist,
Pedoman Puasa Majelis
Tarjih Muhammadiyah, Dan
Kitab At-Tabarruk
Anwaa’uhu Wa Akhkaamuhu