Jaga Puasa Dapatkan Berkah



Written By : Hilal Ardiansyah Putra

Setelah 11 bulan kita menunggu akhirnya bulan yang selalu kita dambahkan ini datang lagi, hal ini juga berarti Allah Ta’alah. masih memberikan kita kesempatan untuk memperbaiki diri kita dari noda-noda dosa setahun sebelumnya. Adalah sebuah nikmat yang luar biasa karena kita dapat berjumpah lagi dengan bulan barokah ini.

Bulan yang mana pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan syeitan-syeitan dibelenggu ini, hendaknya kita jadikan moment peningkatan loyalitas kita kepada pengguasa alam jagad raya , sebagai rasa cinta dan pengharapan kita atas surga  yang kita idam-idamkan.

Mungkin di antara kita masih banyak yang  belum tahu apa makna dan hakikat puasa itu sendiri, dan apa pula yang harus dilakukan serta dijauhkan selama bulan puasa ini, sebab itu sebuah kewajiban bagi kita untuk terus menggali dan  mengkaji ilmu-ilmu agama khususnya ilmu
tentang puasa. Sehingga tidak hanya lapar dan haus saja yang kita dapatkan, tetapi kita juga mendapatkan balasan surga atas semua itu.

Di bulan Romadhon ini semua masyarakat islam sedunia diwajibkan untuk berpuasa, selagi sudah baligh dan mampu atau tidak dalam keadaan sakit berat, menyusui atau hamil tidak ada kata rukhsoh dalam ibadah ini. semuanya harus dan wajib. Ini bukan berarti paksaan, sebab manfaat dari puasa itu sendiri kita yang menikmati, bukan Rasull bahkan manusia lainya.

Kita dididik dalam bulan Romadhon ini agar kita menjadi orang yang terdidik, bukan hanya orang yang tahu banyak tentang agama dan seluk beluknya dari para ustad yang berceramah setelah tarawih dan sholat shubuh, namun orang yang tahu walaupun sekelumit tapi dijalakan, itulah yang Allah Ta’alah inginkan.

Saudara, ketika kita berpuasa ada beberapa hal yang harus kita perhatikan agar puasa kita tidak menjadi sia-sia. Mulai dari segala aspek dan rukun dari puasa tersebut harus kita jalani, dan tidak bole ada yang terlewatkan.

Hal pertama yang harus diperhatikan adalah masalah niat, hal ini merujuk pada hadist Ummul Mukminin Aisyah RA. Bahwasanya Nabi SAW. Sholallu ‘alaihi wasallam bersabda “ barang siap yang tidak meniatkan untuk puasa sebelum fajar datang, maka tidak ada puasa baginya” hadist ini menunjukan bahwa niat adalah hal pertama yang harus kita benahi, kita berniat untuk puasa bukan karena paksaan bahkan karena ingin dipuji, namun kita luruskan niat kita mengharap pahala, sebab barang siapa yang berpuasa dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka Allah Ta’alah akan ampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Niat menjadi esensi dari segala ibada, hal ini bisa kita lihat dari hadist Umar Ibn Khottob RA. “sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung pada niatnya…”. Maka itulah jangan sampai kita lupa untuk berniat, sebab niat adalah tiang amal ibadah. Jika niat tidak ada maka puasa juga tak berarti apa apa.

Setelah niat kita benahi, sekarang waktu dalam puasa itu sendiri serta larangan-laranan yang ada di dalamnya yang harus kita ketahui. Kita telah diberikan batasan-batasan antara kapan mulai puasa dan kapan kita mulai berbuka. Nah, waktu antara mulai kita berpuasa sampai kita  berbuka itulah yang harus kita jaga, jangan sampai ada hal yang membatalkan puasa kita. Mulai dari benag berwarna putih di waktu shubuh,  sampai benang berwarna hitam di waktu magrib adalah waktu krusil yang menuntukan diterima atau tidaknya puasa kita setelah masalah niat.

Di antara selang waktu itu,  yang perlu kita jaga pertama adalah Nafsu Perut, disinilah kita diuji, yang pada hari-hari lainya kita seenaknya ingin makan dan minum, pada bulan ini kita dibatasi hanya pada malam hari saja. Ini adalah sebuah ujian bagi kita, yang pada dasarnya mempunyai tujuan untuk menguji seberapa loyal kita terhadap perintah agama. Memang sulit dan berat, ditambah lagi jika kita mempunyai aktifitas yang lumayan berat dan menguras tenaga. Namun disinalah hikma dari menahan lapar dan minum tersebut.

Selanjutnya yang harus kita jaga adalah Nafsu Sahwat, ini juga berat bagi yang sudah mempunyai pendamping hidup. Sebab pada hari selain Romadhon, suami istri bisa berkumpul dan berhubungan kapan saja, namun pada bulan ini lagi-lagi hanya pada malam hari saja. Sebagaimana firman Allah Ta’alah dalam Surat Al-Baqoroh ayat 187 “dihalalkan bagi kamu untuk meniduri istrimu pada malam puasa….”.

Selain itu ada ancaman yang berat jika kita membiarkan nafsu sahwat berupa hubungan suami istri pada waktu puasa di sing hari. Pada zaman Nabi SAW. SAW. , ketika Nabi SAW. sedang duduk bersama para sahabatnya, tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui lalu berkata kepada Nabi SAW. ; Hai rasullallah, celakalah aku. Beliau berkata : apa yang menimpahmu ? ia berkat : aku mengumpuli istriku di bulan Romadhon sedangkan aku sedang berpuasa.  Maka Nabi SAW. bersabda : apakah engkau dapat menemukan budak yang dapat engkau merdekakan ?. ia menjawan : Tidak. Nabi SAW. Bersabda : dapatkah engkau berpuasa dua bulan berturut-turut ?. ia menjawab : Tidak. Nabi SAW. bersabda dapatkah engkau memberi makan enam puluh orang miskin ?....

Dalam penggalan hadist yang diriwayatkan Abu Huroiroh  di muka, kita mengambil sebuah kesimpulan bahwa menggauli istri saat puasa itu adalah sebuah pelanggaran besar yang harus di tebus dengan memerdekakan budak, jika tidak mampu berpuasa dua bulan berturt-turut, jika tidak mampu maka memberi makan enam puluh orang miskin. Sebab itulah mari kita jaga nafsu sahwat kita jangan sampai kita teledor dalam hal ini, yang nantinya kerugian dan penyesalan akan kita rasakan sendiri.

Setelah nafsu perut dan nafsu sahwat, kita juga dituntut untuk menjaga Nafsu Maksiat kita.  Baik maksiat kepada Allah Ta’alah dan juga maksiat kepada sesama manusia. Sebab Nabi SAW. bersabda dari Abu Huroiroh “ barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan bohong dan suka mengerjakanya, maka Allah Ta’alah tidak memandang perlu atas rasa lapar dan haus yang dia tahan” (HR Al-Khomsah) ataupun sabda Nabi SAW. yang juga diriwayatkan oleh Abu huroiroh “jika seorang di antara kamu berpuasa, maka janganlah berkata kotor pada hari itu, dan janganlah berbuat gaduh, jika dimarahi seseorang atau dimusihinya, hendaklah ia berkata saya sedang berpuasa” (HR shohihaini)

Jelas sudah bahwa menahan nafsu dari perbuatan maksiat berupa bohong, mencelah, berbuat gaduh dan semisalnya, adalah dilarang dan dapat mengurangi nilai ibadah kita. Sebab itu mari kita jaga diri kita, untuk tidak berbuat maksiat kepada siapapun selagi kita puasa, dan lebih bagusnya lagi kita pertahankan sampai kapanpun kita masih bernafas. Sebab jika kita bisa mempertahankanya (menjga nafsu lawwamah) setelah bulan puasa kita selesai, itu pertanda puasa kita diterima dan kita termasuk golongan orang-orang yang bertaqwa.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Selanjutnya inti dari  pembahasan ini adalah, kita harus menjaga puasa kita dari hal-hal yang dapat menggugurkan bahkan menghilangkan pahala puasa kita, yang pada akhirnya hanya lapar dan haus yang kita dapatkan. Dan yang terpenting adalah kita bisa berniat dengan ikhlas untuk berpuasa, menahan tiga macam nafsu, yakni nafsu perut, nafsu sahwat, dan nafsu maksiat. 

Semoga ibadah Romadhon kita di tahun ini benar-benar mentarbiyah kita menjadi muslim unggulan yang mampu konsisten menjalankan syariat yang Allah Ta’alah turunkan kepada Nabi SAW. sehingga kita dapat meraih surga firdaus yang tertinggi. Aamii yaa rabbal ‘alamiin….

Source :
Quran,
Hadist,
Pedoman Puasa Majelis Tarjih Muhammadiyah, Dan
Kitab At-Tabarruk Anwaa’uhu Wa Akhkaamuhu

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

 

© 2013 IPM Solokuro. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top