Sejarah Ashabul Fiil ( Tafsir Surat Al-Fiil)

Penulis : Hilal Ardiansyah S.TH.i
 
Telah diceritakan sebelumnya kisa tentang pembantaian kaum Nasrani di kerajaan Himyar yang berada di Yaman oleh seorang raja kafir  bernama Dzun Nawas. Dalam pembantaian ini hampir 20.000 kaum Nasrani yang mengikuti seruan pemuda yang beriman kepada Allah tewas terpanggang dalam lobang yang di dalamnya telah dinyalakan api yang sangat besar. Dari sekian ribu korban kaum Nasrani tersebut, terdapat satu orang yang berhasil menyelamatkan diri dan lari dari kerajaan Himyar.

Orang tersebut bernama Dawus Dzu Tsalaba. Pelarian Dawuz inilah yang nantinya akan menjadi cikal bakal kerajaan Nasrani  -lebih tepat dikatakan Nasrani Pangan- yang dipimpin  oleh raja
Abrahah yang mencoba untuk menghancurkan Baitul Atiq atau ka’bah di Mekah Al-Mukaromah.

Kisah ini berawal ketika Dawus meminta bantuan Kaisar , raja Syam yang juga beragama Nasrani untuk menghancurkan kerajaan Himyar yang dipimpin Raja Dzu Nawas di yaman. Selanjutnya Kaisar menulis surat untuk raja Najasyi, raja kerajaan habasyah untuk  melaksanakan penyerangan ke yaman. Hal ini dikarenakan habsyah lebih dekat dari Himyar ketimbang Syam.

Setelah menerima surat untuk menyerang Himyar dari Kaisar, Raja Najasyi menyiapkan pasukan besar untuk menyerang Himyar. Pasukan tersebut dikomandani oleh dua amir bernama Aryath dan Abrahah bin As-syabah Abu Yaskum. Pasukan tersebut masuk ke Yaman dengan cara menyelinap ke rumah-rumah warga hingga akhirnya mereka berhasil menguasai Yaman dan Raja Dzun Nawas tewas tenggelam di lautan.

Setelah mereka berhasil menaklukan yaman, kedua Amir. Aryath dan Abrahah berselisih pendapat yagn pada puncaknya mereka saling berkelahi satu lawan satu. Pada perkelahian itu Abrahah berhasil memenangkan pertandingan dan Aryath tewas di tanggan pembantu Abrahah bernama Utubah. Hal ini sekaligus menjadikan Abrahahh sebagai pengguasa di yaman.

Akiabat dari perselisihan yang menewaskan Aryath, raja Habasyah mengirimkan surat kepada Abrahah yang isinya mencela apa yang telah dilakukan seraya mengancam dan bersumpah akan menduduki negaranya dan menelungkupkan ubun-ubunya.

Kemudian Abrahah membalas surat tersebut dan mengirimkan hadiah dan sekantong tanah yaman kepada raja Najasyi. Isi surat tersebut menyuruh agar raja habasyah menginjak kantong tanah tersebut seupaya terbabas dari sumpah yang dia lontarkan untuk menyerang yaman. Najasyi terheran dan merasa puas dengan apa yang dikirimkan Abrahah dan mengakui keberadaan kekuasaanya di yaman.

Untuk membuat senang raja Najsyi, Abrahah mengutus utusan untuk menemui Najasyi dan memberikan kabar bahwa Abrahah akan membangunkan sebuah gerja besar di tanah yaman. Maka dibagunlah gereka tersebut, gereja itu dibangun dengan begitu mega dan dinamakan Al-Qolis. Dinamakan demikian karena ketinggian gereja tersebut membuat orang yang melihat puncaknya harus menengadakan kepalanya ke atas.

Tidak sampai di situ, abaraha juga berniat untuk menjadika gereja buatanya sebagai pusat ziarah dunia sebagaimana ka’bah di mekkah ( untuk menandinginya). Mendengan tentang akan dijadikanya gereja yaman sebagai tujuan ziarah, masyarakat Quroisy khususnya suku ‘Adnan dan Qahtan mekkah tidak terima. Selanjutnya sebagian  orang Quroisy menyelinap ke yaman pada malam hari dan menghancurkan  isi gereja tersebut.
sehingga pada pagi harinya penjaga gereja terkejut dan melaporkanya kepada raja Abrahah. Abrahah pun marah dan bersumpah untuk menghancurkan Ka’bah di mekkah.

Dalam riwayat lain disebutkan bahwasanya orang Quroisy membakar gereja tersbut pada sinag hari sehingga gereja tersebut hancur dan rata dengan tanah dan hal ini menyebabkan Abrahah menyiapkan pasukan besar untuk menyerang mekkah. Bersama  pasukan terdapat seekor gajah besarbernama Mahmud. Dalam riwayat lainya disebutkan 8 gajah atau 12 gajah. Wallahu ‘Alam. Raja Najasyi juga mengirimkan pasukan untuk hal yang sama.

Ketika warga arab mendengar kebar penyerangan yang akan dilakukan Abrahah, warga arab bersepakat untuk mempertahankan ka’bah dari serangan. Seorang pemuka yaman bernama Dzu Nafar yang tidak setuju dengan penyerangan tersbut mengajak kaumnya dan masyarakat arab untuk melawan Abrahah. Karena kekuatan yang tidak seimbang pasukan Dzu Nafar kalah dan dia di tangkap.  Selanjutnya Abrahah meminta dzun nafar untuk menemaninya ke mekkah. Di daerah dekat khats’am pasukan dihadang oleh Nufail Bin Habib bersama kaumnya selama dua bulan terus menerus. Nufaikpun kalah dan ditangkap  dan bermaksud untuk membunuhnya namun Abrahah mengampuninya dan memintanya untuk menemaninya.

Pada saat mereka mendekati daerah Thoif, penduduknya kelaur dan menemui Abrahah seraya meminta agar rumah mereka yang berada di tenggah-tenggah yang bernama Latta tidak dihancurkan. Penduduk Thoif kemudian memberikan Abu rughal kepada Abrahah sebagai penunjuk jalan.

Setelah tiba di daerah Mughammas, yaitu sebuah daerah yang berdekatan dengan mekkah bala tentara Abrahahh merampas ternak yang ada di sana termasuk 200 onta milik Abdul Mutholib. Karena perampasan ini, beberapa warga arab melakukan penyerangan terhadap bala tentara Abrahah.

Selanjutnya Abrahah mengutus Hanathah al –Himyari untuk menemui pemuka Quroisy dan mengatakan bahwasanya mereka datang tidak untuk menyerang mereka melainkan untuk menghancurkan ka’bah. Dan mereka akan memerangi siap saja yang menghalangi niat mereka untuk menghancurkan ka’bah.

Selanjutnya Hatnatah  menemui Abdul Mutholib bin Hisyam dan memberitahukan maksud kedatangan pasukan Abrahah. Kemudian Abdul Mutholib mengatakan “ Demi Allah kami tidak mampu untuk melarangnya.” Kemudian hanathah meminta Abdul Mutholib untuk datang menemui Abrahah bersamanya. Ketika Abrahah melihat Abdul Mutholib datang, dia menyambutnya dengan baik karena melihat sosok Abdul Mutholib yang karismatik. Lalu Abrahah turun dari tahtanya dan duduk di lantai bersama Abdul mutholib.

Abrahah bertanya melalui penerjemah “apa maksud kedatangan anda kemari ?” Abdul Mutholib menjawa “ aku hanya ingin agar engkau mengembalikan 200 ekor untaku !” mendengan itu Abrahah berkata “ awalnya aku kagum dengan mu tapi sekarang aku menjadi berang karena engkau membicarakan 200 unta milik mu yang hilang, dan engkau biarkan  rumah (Ka’bah) yang menjadi bangunan suci agamamu dan nenek moyangmu. Sesungguhnya aku datang untuk menghancurkannya, sedang engkau tidak menyinggungnya sama sekali tentangnya dalam pembicaraan denganku”. Kemudian Abdul Mutholib berkata “ sesungguhnya aku adalah pemilik 200 unta itu, sedangkan ka’bah mepunyai pemilik sendiri yani Allah SWT.  Yang akan selalu menjaganya”. Abrahah berkata “Dia (Allah) tidak akan sanggup menghalangiku”. “kamu tidak akan mampu menandingi-Nya” sahut Abdul Mutholib.

Kemudian abdul Mutholib kembali kepada kaumnya dan memerintahkan kaum Quroisy untuk mengungsi ke puncak-puncak gunung karena khawatir mereka akan merasakan amukan bala tentara Abrahah. Selanjutnya Abdul Mutholib memegang pintu ka’bah dan ikut pula berdiri di sampingnya beberapa dari orang Quroisy seraya berdo’a kepada Allah serta meminta pertolonganya suapaya membinasakan Abrahah dan pasukannya.

Ibnu Ishaq menuturkan bahwa selanjutnya Abdul Mutholib melepaskan gagang pintu danmereka semua menuju puncak gunung. Muqotil bin sulaiman menyebutkan bahwa mereka melepas 100 anak unta di sekita ka’bah dengan diberi kalung.

Pada pagi harinya Abrahah mulai bersiap untuk memasuki kota mekah dan dia telah menyiapkan gajahnya yang bernama Mahmud. Setelah mereka mengarahkan gajanya kearah mekkah, Nufail Bin Habib (orang yang diampuni Abrahah karena berusaha menghalanginya) datang dan memegang telinggah gajah itu seraya berkata “duduklah hai Mahmud, dan kembalilah ke tempat asalmu, karena sesungguhnya sekarang kamu sedang berada di tanah Allah yang suci”.  Gajah itupun duduk menderum . selanjutnya Nufail bin Habib keluar dari kota mekka dan menuju puncak gunung ikut berlindung bersama masyarakat Quroisy yang lainya.

Kemudian bela tentara Abrahah memukul-mukul Mahmud supaya berdiri. Mereka memukul kepalanya dengan kapak dan memasukkan tongkat ke belalainya lalu mereka menariknya supaya mau berdiri, tetapi gajah itu menolak unutk berdiri.  Lalu mereka mengarahkan gajah itu kembali keyaman dan gajah itupun berdiri dan berjalan cepat. Kemudian mereka mengarahkanya ke syam dan berjalan dengan cepat pula. Selanjutnya mereka mengarahkannya ke arah timur, gajah itupun mau dan berjalan dengan cepat. Kemudian mengarahkannya ke arah  mekkah dan gajah itu kembali duduk menderum.

Selanjutnya Allah mengirimkan mereka burung dari lautansemacam burung alap-alap, pada maisng masing burung membawa tiga batu. Satu di paruh dan dua di kakinya. Betu-batu tersebut kecil, hanya seukuran biji kedelai atau biji adas. Namun atas kuasa Allah tidak akan ada satupun yang selamat ketika terkena batu seukuran biji kedelai tersebut. dan tidak semua dari mereka terkena batu tersebut karena lari terbirit-birit mencari nufail agar mau menunjukan jalan kepada mereka. Begitulah Allah menunjukkan kekuasaanya, sedang Nufail bersama penduduk Hijaz berada di puncak bukit melihat adzab Allah yang begitu dasyat.

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

 

© 2013 IPM Solokuro. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top