Inilah bulan
yang paling ditunggu-tunggu umat islam sejagat, bulan ini bulan yang penuh
dengan makna. Dan sebuah kewajiban bagi kita untuk menjadikan momen ramadhan
ini sebagai ladang bagi kita untuk terus menambah keimanan kita kepada Rabb
Alam Semesta.
Namun dibalik
dari kenikmatan dan keberkahan bulan ini, sering kali dinodai oleh oknum-oknum
yang sengaja ingin memeceh belah persatuan umat islam. Di antaranya adalah
tentang penentuan awal ramadhan. Sudah sering masyarakat seperti kita menjadi
korban. Penentuan awal puasa yang sering berbeda sering kali memunculkan
konflik di kalangan bawah. Sampai kapan ini akan terjadi ?
Ya memang
semuanya punya dasar dan dalil masing-masing, namun alangkah baiknya jika para
pemimpin ormas bersatu untuk menjadikan
satu dalil dan satu pengertian sebagai dasar pijakan penentuan awal
berpuasa.
Sudah sangat
rindu rasanya bisa merasakan nikmatnya memulai puasa bersamaan dan mengakhiri
puasa bersamaan pula, dunia akan Nampak lebih indah dan tenang. Pemukiman
muslim akan lebih ramai dengan suara takbir malam hari raya, hati dan perasaan
akan lebih lega karena bisa bersilatur rahmi kesanak saudara yang berbeda
faham, dan lain sebagainya.
Tidak ada yang
salah sebenarnya, hanya saja masih banyak di antara para pemimpin ormas yang
gengsi apabila harus mengikuti faham ormas lainya. Mereka takut kalau dikatakan
pengikutnya tidak konsisten menjalankan tradisi dan semisalnya.
Malahan banyak
dari pemimpin ormas yang membodohi warganya dengan menggunakan dalil kalau
perbedaan adalah rahmat, sungguh lancang dan keliru. Kalau perbedaan dikatakan
rahmat, berarti persatuan adalah bencana. Perbedaan yang mereka timbulkan, yang
mereka katakana rahmat malah menjadi bencana di masyarakat awam. Yang saling
mengejek satu sama lain bahkan lebih parahnya suka menuduh ormas lain melakukan
takfiir atau mengkafirkan ormas lain.
Perbedaan yang
mereka katakana rahmat juga tak jarang menjadikan masyarakat ibarat kutub
negative dan positif yang saling tolak menolak bahkan dapat memicu ledakan
dasyat. Sudahlah cukup sampai disini saja perbedaan itu. Masyarakat seperti
kita sudah bosan dengan perbedaan, memang tak mungkin perbedaan itu lenyap,
namun setidaknya kita bisa bersama menghilangkan perbedaan dalam hal penentuan
awal dan akhir puasa ini. biar ibadah
lainya berbeda, cara ibadah lainya berbeda, namun sekali lagi kami berharap
penentuan awal dan akhir puasa bisa sama.
Sekarang kami
serahkan kepada mereka, tapi kami tetap berharap awal dan akhir bisa bersamaan
minimal di Negara tercinta kita.