Telah diceritakan sebelumnya kisa tentang pembantaian kaum Nasrani di
kerajaan Himyar yang berada di Yaman oleh seorang raja kafir bernama
Dzun Nawas. Dalam pembantaian ini hampir 20.000 kaum Nasrani yang
mengikuti seruan pemuda yang beriman kepada Allah tewas terpanggang
dalam lobang yang di dalamnya telah dinyalakan api yang sangat besar.
Dari sekian ribu korban kaum Nasrani tersebut, terdapat satu orang yang
berhasil menyelamatkan diri dan lari dari kerajaan Himyar.
Orang
tersebut bernama Dawus Dzu Tsalaba. Pelarian Dawuz inilah yang nantinya
akan menjadi cikal bakal kerajaan Nasrani -lebih tepat dikatakan
Nasrani Pangan- yang dipimpin oleh raja
Abrahah yang mencoba untuk
menghancurkan Baitul Atiq atau ka’bah di Mekah Al-Mukaromah.
Kisah
ini berawal ketika Dawus meminta bantuan Kaisar , raja Syam yang juga
beragama Nasrani untuk menghancurkan kerajaan Himyar yang dipimpin Raja
Dzu Nawas di yaman. Selanjutnya Kaisar menulis surat untuk raja Najasyi,
raja kerajaan habasyah untuk melaksanakan penyerangan ke yaman. Hal
ini dikarenakan habsyah lebih dekat dari Himyar ketimbang Syam.
Setelah
menerima surat untuk menyerang Himyar dari Kaisar, Raja Najasyi
menyiapkan pasukan besar untuk menyerang Himyar. Pasukan tersebut
dikomandani oleh dua amir bernama Aryath dan Abrahah bin As-syabah Abu
Yaskum. Pasukan tersebut masuk ke Yaman dengan cara menyelinap ke
rumah-rumah warga hingga akhirnya mereka berhasil menguasai Yaman dan
Raja Dzun Nawas tewas tenggelam di lautan.
Setelah mereka
berhasil menaklukan yaman, kedua Amir. Aryath dan Abrahah berselisih
pendapat yagn pada puncaknya mereka saling berkelahi satu lawan satu.
Pada perkelahian itu Abrahah berhasil memenangkan pertandingan dan
Aryath tewas di tanggan pembantu Abrahah bernama Utubah. Hal ini
sekaligus menjadikan Abrahahh sebagai pengguasa di yaman.
Akiabat
dari perselisihan yang menewaskan Aryath, raja Habasyah mengirimkan
surat kepada Abrahah yang isinya mencela apa yang telah dilakukan seraya
mengancam dan bersumpah akan menduduki negaranya dan menelungkupkan
ubun-ubunya.
Kemudian Abrahah membalas surat tersebut dan
mengirimkan hadiah dan sekantong tanah yaman kepada raja Najasyi. Isi
surat tersebut menyuruh agar raja habasyah menginjak kantong tanah
tersebut seupaya terbabas dari sumpah yang dia lontarkan untuk menyerang
yaman. Najasyi terheran dan merasa puas dengan apa yang dikirimkan
Abrahah dan mengakui keberadaan kekuasaanya di yaman.
Untuk
membuat senang raja Najsyi, Abrahah mengutus utusan untuk menemui
Najasyi dan memberikan kabar bahwa Abrahah akan membangunkan sebuah
gerja besar di tanah yaman. Maka dibagunlah gereka tersebut, gereja itu
dibangun dengan begitu mega dan dinamakan Al-Qolis. Dinamakan demikian
karena ketinggian gereja tersebut membuat orang yang melihat puncaknya
harus menengadakan kepalanya ke atas.
Tidak sampai di
situ, abaraha juga berniat untuk menjadika gereja buatanya sebagai pusat
ziarah dunia sebagaimana ka’bah di mekkah ( untuk menandinginya).
Mendengan tentang akan dijadikanya gereja yaman sebagai tujuan ziarah,
masyarakat Quroisy khususnya suku ‘Adnan dan Qahtan mekkah tidak terima.
Selanjutnya sebagian orang Quroisy menyelinap ke yaman pada malam hari
dan menghancurkan isi gereja tersebut.
sehingga pada pagi
harinya penjaga gereja terkejut dan melaporkanya kepada raja Abrahah.
Abrahah pun marah dan bersumpah untuk menghancurkan Ka’bah di mekkah.
Dalam
riwayat lain disebutkan bahwasanya orang Quroisy membakar gereja
tersbut pada sinag hari sehingga gereja tersebut hancur dan rata dengan
tanah dan hal ini menyebabkan Abrahah menyiapkan pasukan besar untuk
menyerang mekkah. Bersama pasukan terdapat seekor gajah besarbernama
Mahmud. Dalam riwayat lainya disebutkan 8 gajah atau 12 gajah. Wallahu
‘Alam. Raja Najasyi juga mengirimkan pasukan untuk hal yang sama.
Ketika
warga arab mendengar kebar penyerangan yang akan dilakukan Abrahah,
warga arab bersepakat untuk mempertahankan ka’bah dari serangan. Seorang
pemuka yaman bernama Dzu Nafar yang tidak setuju dengan penyerangan
tersbut mengajak kaumnya dan masyarakat arab untuk melawan Abrahah.
Karena kekuatan yang tidak seimbang pasukan Dzu Nafar kalah dan dia di
tangkap. Selanjutnya Abrahah meminta dzun nafar untuk menemaninya ke
mekkah. Di daerah dekat khats’am pasukan dihadang oleh Nufail Bin Habib
bersama kaumnya selama dua bulan terus menerus. Nufaikpun kalah dan
ditangkap dan bermaksud untuk membunuhnya namun Abrahah mengampuninya
dan memintanya untuk menemaninya.
Pada saat mereka
mendekati daerah Thoif, penduduknya kelaur dan menemui Abrahah seraya
meminta agar rumah mereka yang berada di tenggah-tenggah yang bernama
Latta tidak dihancurkan. Penduduk Thoif kemudian memberikan Abu rughal
kepada Abrahah sebagai penunjuk jalan.
Setelah tiba di
daerah Mughammas, yaitu sebuah daerah yang berdekatan dengan mekkah bala
tentara Abrahahh merampas ternak yang ada di sana termasuk 200 onta
milik Abdul Mutholib. Karena perampasan ini, beberapa warga arab
melakukan penyerangan terhadap bala tentara Abrahah.
Selanjutnya
Abrahah mengutus Hanathah al –Himyari untuk menemui pemuka Quroisy dan
mengatakan bahwasanya mereka datang tidak untuk menyerang mereka
melainkan untuk menghancurkan ka’bah. Dan mereka akan memerangi siap
saja yang menghalangi niat mereka untuk menghancurkan ka’bah.
Selanjutnya
Hatnatah menemui Abdul Mutholib bin Hisyam dan memberitahukan maksud
kedatangan pasukan Abrahah. Kemudian Abdul Mutholib mengatakan “ Demi
Allah kami tidak mampu untuk melarangnya.” Kemudian hanathah meminta
Abdul Mutholib untuk datang menemui Abrahah bersamanya. Ketika Abrahah
melihat Abdul Mutholib datang, dia menyambutnya dengan baik karena
melihat sosok Abdul Mutholib yang karismatik. Lalu Abrahah turun dari
tahtanya dan duduk di lantai bersama Abdul mutholib.
Abrahah
bertanya melalui penerjemah “apa maksud kedatangan anda kemari ?” Abdul
Mutholib menjawa “ aku hanya ingin agar engkau mengembalikan 200 ekor
untaku !” mendengan itu Abrahah berkata “ awalnya aku kagum dengan mu
tapi sekarang aku menjadi berang karena engkau membicarakan 200 unta
milik mu yang hilang, dan engkau biarkan rumah (Ka’bah) yang menjadi
bangunan suci agamamu dan nenek moyangmu. Sesungguhnya aku datang untuk
menghancurkannya, sedang engkau tidak menyinggungnya sama sekali
tentangnya dalam pembicaraan denganku”. Kemudian Abdul Mutholib berkata “
sesungguhnya aku adalah pemilik 200 unta itu, sedangkan ka’bah mepunyai
pemilik sendiri yani Allah SWT. Yang akan selalu menjaganya”. Abrahah
berkata “Dia (Allah) tidak akan sanggup menghalangiku”. “kamu tidak akan
mampu menandingi-Nya” sahut Abdul Mutholib.
Kemudian
abdul Mutholib kembali kepada kaumnya dan memerintahkan kaum Quroisy
untuk mengungsi ke puncak-puncak gunung karena khawatir mereka akan
merasakan amukan bala tentara Abrahah. Selanjutnya Abdul Mutholib
memegang pintu ka’bah dan ikut pula berdiri di sampingnya beberapa dari
orang Quroisy seraya berdo’a kepada Allah serta meminta pertolonganya
suapaya membinasakan Abrahah dan pasukannya.
Ibnu Ishaq
menuturkan bahwa selanjutnya Abdul Mutholib melepaskan gagang pintu
danmereka semua menuju puncak gunung. Muqotil bin sulaiman menyebutkan
bahwa mereka melepas 100 anak unta di sekita ka’bah dengan diberi
kalung.
Pada pagi harinya Abrahah mulai bersiap untuk
memasuki kota mekah dan dia telah menyiapkan gajahnya yang bernama
Mahmud. Setelah mereka mengarahkan gajanya kearah mekkah, Nufail Bin
Habib (orang yang diampuni Abrahah karena berusaha menghalanginya)
datang dan memegang telinggah gajah itu seraya berkata “duduklah hai
Mahmud, dan kembalilah ke tempat asalmu, karena sesungguhnya sekarang
kamu sedang berada di tanah Allah yang suci”. Gajah itupun duduk
menderum . selanjutnya Nufail bin Habib keluar dari kota mekka dan
menuju puncak gunung ikut berlindung bersama masyarakat Quroisy yang
lainya.
Kemudian bela tentara Abrahah memukul-mukul Mahmud
supaya berdiri. Mereka memukul kepalanya dengan kapak dan memasukkan
tongkat ke belalainya lalu mereka menariknya supaya mau berdiri, tetapi
gajah itu menolak unutk berdiri. Lalu mereka mengarahkan gajah itu
kembali keyaman dan gajah itupun berdiri dan berjalan cepat. Kemudian
mereka mengarahkanya ke syam dan berjalan dengan cepat pula. Selanjutnya
mereka mengarahkannya ke arah timur, gajah itupun mau dan berjalan
dengan cepat. Kemudian mengarahkannya ke arah mekkah dan gajah itu
kembali duduk menderum.
Selanjutnya Allah mengirimkan
mereka burung dari lautansemacam burung alap-alap, pada maisng masing
burung membawa tiga batu. Satu di paruh dan dua di kakinya. Betu-batu
tersebut kecil, hanya seukuran biji kedelai atau biji adas. Namun atas
kuasa Allah tidak akan ada satupun yang selamat ketika terkena batu
seukuran biji kedelai tersebut. dan tidak semua dari mereka terkena batu
tersebut karena lari terbirit-birit mencari nufail agar mau menunjukan
jalan kepada mereka. Begitulah Allah menunjukkan kekuasaanya, sedang
Nufail bersama penduduk Hijaz berada di puncak bukit melihat adzab Allah
yang begitu dasyat.